Berdasarkan data pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang dilansir covid19.go.id dan kemkes.go.id, tercatat ada penambahan 1.679 kasus baru per hari Kamis hingga pukul 12.00 WIB. Penambahan itu membuat kini secara nasional jumlah positif sebanyak 113.134 orang.
Selain itu, juga dilaporkan kasus yang sembuh dari
Covid-19 dalam kurun waktu yang sama tercatat sebanyak 70.237 orang. Sementara
jumlah yang meninggal kembali bertambah menjadi 5.302 orang. Saat ini sebanyak
77.572 menjadi suspek Covid-19.
“Yang pertama, saya tidak tahu sebabnya apa, tetapi
suasana pada minggu-minggu terakhir ini kelihatan masyarakat berada pada posisi
yang khawatir mengenai Covid-19. Entah karena kasusnya meningkat atau, terutama
menengah atas melihat, karena orang yang tidak taat pada protokol kesehatan
tidak semakin sedikit, tetapi semakin banyak,” kata Presiden Jokowi saat rapat
terbatas yang membahas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional
bersama jajarannya di Istana Merdeka, Jakarta, Senin.
Jokowi juga
menyoroti persentase angka kematian di Indonesia yang lebih tinggi dari angka
kematian global. “Kita tahu sampai kemarin sudah ada 111 ribu lebih kasus
dengan case fatality rate 4,7 persen dan angka kematian di Indonesia ini lebih
tinggi 0,8 persen dari kematian global. Ini saya kira yang menjadi PR besar
kita bersama. Selain itu juga case recovery rate di negara kita, data terakhir
adalah 61,9 (persen). Ini saya kira juga bagus, terus meningkat angkanya,”
jelasnya.
Dalam rapat tersebut, Presiden memberi arahan terkait
sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat. Kepala Negara kembali
mengingatkan agar penerapan protokol kesehatan terus disosialisasikan kepada
masyarakat. Secara khusus, Presiden ingin agar sosialisasi tersebut dilakukan
secara terfokus dan tidak dilakukan secara sekaligus.
“Saya ingin agar yang namanya protokol kesehatan,
perubahan perilaku di masyarakat betul-betul menjadi perhatian kita. Saya ingin
fokus saja, seperti yang saya sampaikan yang lalu, mungkin dalam dua minggu ini
kita fokus kampanye mengenai pakai masker. Nanti dua minggu berikut kampanye
jaga jarak atau cuci tangan misalnya,” ungkapnya.
Sementara itu kritik terhadap pemerintah dalam
penanganan Covid-19 muncul dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR
RI). Wakil Ketua Fraksi PKS, Sukamta
mengkritik pernyataan Presiden Jokowi yang memerintahkan jajaran kementerian
mewaspadai gelombang kedua penyebaran virus corona atau covid-19 di Indonesia. Menurut
Sukamta, penularan Covid-19 di Indonesia masih berada di gelombang pertama
lantaran penambahan kasus baru per hari terus mengalami peningkatan sejak kasus
pertama diumumkan pada Maret 2020.
"Saya heran Pak Presiden mengatakan soal
ancaman gelombang kedua, ini bisikan dari tim ahli yang mana, mengingat banyak
ahli epidemiologi mengatakan di Indonesia hingga saat ini belum selesai alami
fase gelombang pertama. Bahkan Presiden mengatakan tidak tahu kenapa masyarakat
semakin khawatir dengan Covid-19," kata Sukamta melalui keterangannya,
Senin (3/8/2020).
Seperti dilansir tribunews.com, Sukamta khawatir,
narasi gelombang kedua yang digulirkan pemerintah bakal berakhir seperti wacana
pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan new normal. Dalam dua
wacana itu, Sukamta menilai pemerintah malah membuat bingung dan lengah
masyarakat terhadap kewaspadaan atas penularan covid-19.
Sementara, wacana ancaman gelombang kedua juga
mengesankan bahwa pandemi gelombang pertama sudah bisa diatasi. "Saya kira
lebih baik presiden dan jajarannya melalui Komite Penanganan Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional yang dibentuk belum lama ini fokus untuk segera
atasi pandemi dan kemudian kami berharap tidak terjadi gelombang kedua di
Indonesia," ujar dia.
Anggota Komisi I DPR RI ini mengingatkan pemerintah
bahwa penanganan covid-19 yang tidak kunjung tuntas, akan menambah dampak
sosial ekonomi yang lebih berat. Oleh karena itu, Sukamta meminta pemerintah
segera memperjelas gambaran besar atas penangangan Covid-19. Sukamta mengatakan
hingga kini pemerintah tidak pernah membuka gambar besar penanganan Covid-19 ke
publik.
"Sangat wajar jika masyarakat bertanya soal
ini, karena sudah lebih dari empat bulan hal ini berjalan. Hingga hari ini baru
beberapa kali jumlah tes usap (PCR) bisa lebih dari 30 ribu sebagaimana
dicanangkan Presiden. Sementara WHO menyebutkan setidaknya perlu 54 ribu tes
setiap hari di Indonesia sebagai standar minimum," ujarnya.
Nihil Bertambah
Sebaran Covid-19 masih terdapat pada 34 provinsi di Indonesia. Virus ganas yang berawal dari Wuhan, China itu sudah menyebar ke 479 kabupaten/kota. Bertambah 1 dibandingkan hari sebelumnya.
Namun untuk penambahan kasus baru tercatat di 24 provinsi. Dari data terbaru menyatakan ada 10 provinsi dengan nihil penambahan kasus positif baru. Jumlah ini bertambah enam provinsi dalam waktu 24 jam. Ke-10 provinsi itu adalah Bengkulu, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat, Papua, dan Nusa Tenggara Timur.
Dari penambahan 1.679 kasus baru tersebut, Jawa Timur dan DKI Jakarta menyumbangkan kasus baru tertinggi. Jawa Timur mengalami penambahan sebanyak 478 kasus, sehingga total menjadi 22.982 kasus, dan masih menempati tertinggi kasus Covid-19 secara nasional. Kemudian disusul DKI Jakarta sebanyak 472 kasus baru, sehingga total kasus positif di DKI Jakarta menjadi 22.616 kasus.
Selain
itu provinsi lain yang mencatat penambahan kasus tertinggi lain di antaranya
Sulawesi Selatan sebanyak 97 kasus baru. Jawa Tengah tercatat sebanyak 95
kasus, Sulawesi Utara sebanyak 57 kasus, dan Jawa Barat tercatat sebanyak 56
kasus. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih