-JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan masalah penggunaan Tari Pendet dalam iklan pariwisata Malaysia dapat dijadikan pelajaran bagi pengembangan, pemeliharaan dan juga pengurusan hak cipta karya budaya bangsa di masa yang akan datang.
Dalam keterangan pers di Kantor Presiden Jakarta, Selasa, Presiden Yudhoyono menyatakan Indonesia tidak boleh tertinggal dan melakukan langkah yang lebih serius ke depan sehingga karya anak bangsa bisa dipatenkan.
"Langkah pemerintah sudah menuju ke pengakuan hak cipta karya anak bangsa. Setelah wayang diterima Unesco Global Heritage pada 2003, 2005 keris juga sudah diakui Unesco sekarang ini kita sedang menunggu batik sebagai karya Indonesia setelah itu angklung dan terus memperjuangkan ke tingkat global karya budaya Indonesia yang bisa jadi heritage," katanya.
Ditambahkan Kepala Negara, pihaknya sudah memerintahkan kepada menteri terkait, untuk percepatan inventarisasi karya anak bangsa dan segera disahkan hak ciptanya.
"Dari itu sebagian bisa kita bawa ke tingkat dunia. Kepada para perajin, misal batik atau songket tulis, cantumkan nama daerah dan Indonesia, biasakan seperti itu. Seperti poco-poco jelas itu, kita harus perhatian dan peduli semua itu jadi karya kita," tuturnya.
Kepala Negara menegaskan, semua pihak harus makin peduli terhadap keberadaan dan pengakuan karya cipta budaya bangsa.
"Untuk memastikan semua harus mempermudah dan percepat semua urusan, saya minta ke Menkum dan HAM agar birokrasi cepat, gubernur juga, fasilitasi dan bantu, karya seniman kita yang jadi bagian dari jejak sejarah dan budaya kita hal ciptanya kita harus sahkan," tegasnya.
Presiden menegaskan,"ini pelajaran yang sangat baik, dan niat baik Indonesia untuk menjaga hubungan baik ini diharapkan dimiliki juga oleh Malaysia untuk menyikapi yang sama sehingga hubungan baik tetap ada."
Sementara itu Menbudpar Jero Wacik usai bertemu dengan Presiden mengatakan pihaknya masih menunggu surat resmi pemerintah Malaysia atas surat protes pemerintah Indonesia, meski pihak rumah produksi yang membuat iklan tersebut sudah meminta maaf melalui wawancara televisi dan surat elektronik. (saci)
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih