coia

Menu

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19
Anda memiliki kepedulian pada wartawan kami yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19)? Salurkan kepedulian dan kasih Anda dengan mengirimkan donasi ke * BANK BCA NO REKENING 2291569317 * BANK BNI NO REKENING 0428294880 * BANK BRI NO REKENING 0539-01-008410-50-1 Semoga Tuhan YME membalas dengan rezeki yang bertambah.

Pencarian

Jumat, 16 Mei 2014

Pilpres 2014 > Strategi Jebakan SBY Gulirkan Poros Baru

* PRESIDENTIAL * Sumber Asli -- TANGGAL dimulainya pendaftaran Capres dan Cawapres tinggal menunggu hari. Peta kekuatan politik secara perlahan tapi pasti kini mulai terbentuk. PDIP (18,95 persen) sebagai poros pertama dengan Jokowi sebagai capresnya sudah secara resmi menggandeng partai Nasdem (6,72 persen) dan PKB (9,04 persen) sebagai pendukungnya. Sebagai poros kedua, Gerindra (11,81 persen) yang mengusung Prabowo sebagai capresnya kini pun secara resmi telah mendapatkan dukungan dari PPP (6,53 persen), PAN (7,59 persen) yang dipastikan akan segera menyusul. Sementara Golkar (14,75 persen), yang diprediksi sebagai poros ketiga yang mengusung Aburizal Bakrie sebagai capres, hingga kini belum juga bisa membentuk koalisi.


Beberapa pertanyaan menarik kemudian muncul mengenai kondisi Golkar ini. Akan gagalkah Golkar membentuk poros ketiga? Akankah Golkar menjadi partai putus asa yang kemudian merapat ke PDIP seperti yang baru-baru ini diperlihatkan di pasar Gembrong? Atau yang paling heboh adalah: Akankah Golkar membentuk poros ketiga bareng partai Demokrat (10,19 persen) didukung PBB (1,46) dan PKPI (0,91 persen) kemudian ada Hanura (5,26 persen)?

Jadi, akankah poros ketiga terbentuk? Jawabannya: Ya!
Golkarkah inisiatornya? Bukan!
Terus siapa inisiatornya? Jawabannya adalah SBY!
Kok bisa? Ya bisa, karena SBY lah yang telah mengatur terjadinya poros-poros koalisi!
Bagaimana bisa? Karena SBY lah sesungguhnya The Real King Maker! Dan kini, setelah mulai terbentuk poros Jokowi dan Prabowo, maka SBY harus membentuk poros ketiga sebagai kendaraan pribadinya (dibaca Pramono Edhie). Kendaraaan yang akan menaikkan nilai tawar jauh lebih tinggi dari hanya sekedar penggembira di dalam koalisi seperti yang pernah dikatakan melalui Youtube bahwa SBY tidak akan berkoalisi kalau hanya sekedar pelengkap saja.

SBY ingin memainkan peran yang lebih signifikan. Untuk itu tak ada jalan lain kecuali dia harus bisa membentuk poros tersendiri, poros ketiga. Syukur-syukur poros koalisi yang dibentuknya bisa memenangkan pertarungan Pilpres, siapa tahu! Yang menarik untuk dibicarakan di sini sesungguhnya bukanlah tentang terjadinya peta koalisi, tapi bagaimana peta itu digambar. Dan kapan mulai digambar oleh SBY! Setelah SBY menyimak bahwa hasil dari Quick Count Pilegpada 9 April lalu menempatkan Demokrat pada peringkat ke-4, walau mengalami penurunan suara hampir 50 persen dari 2009, SBY pun cukup senang. Dan setelah segala sesuatunya terkendali maka SBY pun pada tanggal 23 April mulai menggambar peta politik, berlibur bersama keluarga ke gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat. Pulang dari Tangkuban Perahu, SBY menggoda Megawati dengan mengatakan berkeinginan untuk menjalin komunikasi melalui Youtube pada 25 April.

Kembali tanggal 7 Mei, lagi-lagi melalui Youtube, SBY kembali mengeluarkan
pernyataan bahwa dia akan mendukung capres yang bisa memberikan perubahan dan tidak berjanji yang muluk-muluk. Dan dia tidak akan mendukung capres yang bersikukuh akan menasionalisasikan perusahaan asing. Dengan berlibur, SBY ingin mengatakan bahwa dia adalah pribadi yang tenang dan tidak bernafsu untuk membentuk koalisi. Dan dengan menyatakan pernyataan-pernyataan politiknya melalui Youtube, sebenarnya SBY ingin mengatakan kepada para pihak bahwa dia tidak sedang berpihak kepada para pemilik televisi, dia tidak berpihak kepada Prabowo, dan sekaligus dia mengatakan tidak memusuhi Megawati.

SBY di satu sisi ingin mengatakan bahwa dirinya netral! Tapi di sisi lain SBY juga mengatakan bahwa dengan 10,19 persen dan masih sebagai pemegang pemerintahan, dia punya kekuatan untuk memihak dan juga punya kemampuan untuk membuat poros koalisi! Inilah strategi SBY untuk memenangkan pertarungan Pilpres 2014 yang dipelajarinya selama hampir 10 tahun berkoalisi dengan para pihak.

Strategi yang mustahil dibaca oleh para politisi dan pengamat secara utuh karena SBY menyajikannya secara tersurat dan tersirat. Strategi yang menjadikan para capres mati kutu karena buntunya jalan menuju koalisi. Kebuntuan yang diciptakan oleh SBY ini , menjadikan SBY sebagai sosok penting yang “dibutuhkan” oleh para capres dan ketua partai untuk membuka “jalan koalisi”. Dan benar saja, setelah beberapa ketua partai “sowan” ke SBY maka, mulailah terbentuk poros koalisi.
    

Empie Ismail Massardi
Pengamat Spiritual
- ***
-->

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih

BERKARYA UNTUK BANGSA & NEGARA

Situs KIta CInTA (Kita Cinta Tanah Air) Indonesia kami persembahkan untuk masyarakat Indonesia yang cinta tanah air dimana pun berada. Kami menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini. Baik itu tulisan maupun foto tentang pejabat partai, daerah, negara termasuk ativitas partai, pemerintahan mulai dari Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Juga segala kegiatan yang berkaitan dengan kenegaraan. Caranya, kirim karya tulis atau foto Anda ke e-mail: aagwaa@yahoo.com.

Komentar Anda