coia

Menu

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19
Anda memiliki kepedulian pada wartawan kami yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19)? Salurkan kepedulian dan kasih Anda dengan mengirimkan donasi ke * BANK BCA NO REKENING 2291569317 * BANK BNI NO REKENING 0428294880 * BANK BRI NO REKENING 0539-01-008410-50-1 Semoga Tuhan YME membalas dengan rezeki yang bertambah.

Pencarian

Jumat, 09 Mei 2014

Pilpres 2014 > Lima (5) Hadangan Untuk Jokowi Jadi Presiden

* PRESIDENTIAL * Sumber Asli -- Buletin khusus S Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Nanyang Technological University yang diterbitkan secara elektronik No. 080/2014 tertanggal 2 Mei 2014 memuat tulisan berjudul “Indonesia’s Next President: Will Jokowi Prevail?” ditulis oleh Bilveer Singh (Profesor Studi Politik di National University of Singapore).


Menurut Bilveer Singh, Pemilihan Umum Legislatif pada 9 April 2014 ternyata telah membuat beberapa kejutan (yang terjadi di luar perkiraan), karena disebabkan adanya belied polls predictions, sehingga memproduksi hasil yang tidak diharapkan (produced unexpected results) yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi prediksi tentang hasil Pilpres tanggal 9 Juli nanti.

Pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 yang lalu, tentu telah semakin memantapkan kehidupan demokrasi di Indonesia. Tetapi telah memberian hasil yang tidak diharapkan, sehingga seakan akan telah membuat kejutan yang mengecewakan. Perkiraan sebelumnya oleh beberapa lembaga survei bahwa PDI-P, Golkar dan Gerindra akan tampil sebagai partai papan atas meskipun ternyata benar, tetapi jumlah suara yang mereka raih ternyata hanya menggambarkan kemenangan yang tipis, demikian ditulis Bilveer Singh dalam tulisan ilmiah yang diambil dari tulisan di S Rajaratnam School, Singapura.

Masih menurut Bilveer Singh, pencapresan Jokowi yang menjelang 3 minggu sebelum Pemilu Legislatif gagal menghasilkan 'Jokowi Effect' yang dapat mendongkrak suara PDIP mencapai 27%, sehingga dapat mencalonkan pasangan capres-cawapresnya dari kalangan internal PDIP sendiri. Hasil Pileg ini mengakibatkan PDI-P buru-buru melakukan koalisi dengan Partai Nasdem yang meraih suara 7%.

Menurut catatan penulis pribadi, koalisi pertama dilakukan oleh PDI-P dengan PKB yang mempunyai suara 9%, baru atas anjuran Jusuf Kalla, PDI-P sudah berkoalisi dengan Partai Nasdem yang mempunyai suara 7%. Konon, Jusuf Kalla berpotensi menjadi cawapres PDIP mendampingi Jokowi yang akan didaftarkan pada 18 Mei 2014 mendatang, apalagi isu yang berkembang JK sudah memberikan 'mahar' cukup banyak kepada PDIP.

Selanjutnya, Bilveer Singh menganalisis bahwa kesulitan PDI-P dengan Jokowi sebagai capresnya untuk mewujudkan cita-cita politiknya, diperkirakan disebabkan faktot-faktor sebagai berikut: Pertama, dorongan dan harapan media masa yang begitu menggebu-gebu ditujukan kepada PDI-P, tetapi hasilnya tidak seperti diharapkan, akan semakin membuat tekanan poltik psikologis yang tidak menguntungkan PDI-P. Kedua, PDI-P yang mendapat dukungan kuat dari grass root tetapi kurang ada kemampuan mengimplementasikannya sebagai program yang riil.

Sementara itu partai-partai politik generasi baru telah tampil dan menawarkan berbagai program yang lebih menarik bagi generasi baru yang lebih muda. Di sisi yang lain, Jokowi berpendapat kegagalan PDI-P dalam Pileg karena lemahnya mesin partai. Mesin partai untuk kampanye tidak mendukung model atau gaya kampanye yang dilakukan Jokowi

Ketidakcocokan mesin kampanye PDI-P dengan para pemilih tradisional nampaknya berdampak kurang menguntungkan baik terhadap grassroot golongan nasionalis maupun khususnya menghadapi golongan Muslim. Sebagai akibatnya tampaknya terjadi berbagai kerancuan di lapangan, yang di antaranya mengakibatkan sikap-sikap tidak peduli, acuh tak acuh dan menarik dukungan atau Golput. Sangat mungkin masalah-masalah teknis kampanye ini telah mengakibatkan harapan akan tercapai 27% jumlah suara, menjadi tidak tercapai.

Menurut Bilveer Singh, beberapa tantangan yang dihadapi Joko Widodo yaitu:
Pertama, Jokowi lebih dikenal sebagai tokoh lokal, terutama dikenal di Solo dan Jakarta, meskipun saat ini yang mengetahui sosok Jokowi secara nasional juga semakin menguat.
Kedua, Jokowi belum teruji kualitasnya (an untested quantity) dalam politik nasional dan pemerintah. Bahkan sebagai Gubernur Jakarta, Jokowi yang sudah menjanjikan banyak hal akan meninggalkan jabatan gubernur di tengah jalan jika menang dalam Pilpres.
Ketiga, Jokowi juga menghadapi kekuatan yang memecah belah (divisive force) PDIP dan keluarga Megawati.
Keempat, Jokowi lebih mungkin terlihat sebagai boneka (puppet) atau orang yang kalah dalam pemilihan (lame duck), karena Jokowi satu-satunya kader PDIP yang tidak memiliki posisi strategis di partai (Jokowi is only a PDIP cadre with no strategic position in the party).
Kelima, Jokowi kemungkinan akan sulit mendapatkan dukungan pemilih dari mayoritas Muslim, apalagi pendukung PDIP lebih terlihat sebagai kelompok abangan (PDIP members are seen largely as abangan) dan Jokowi juga disalahkan karena mempromosikan non Muslim terutama Katolik sehingga terpilihnya Jokowi sebagai presiden akan menjadi ancaman bagi Muslim (Jokowi has been blamed for promoting non-Muslims especially Catholics, arousing fears that Jokowi’s presidency will represent a threat to Muslims).

Atensi Asing

Analisa yang dikemukakan Bilveer Singh masih mendasarkan pada perkiraan bahwa dalam Pilpres tangal 9 Juli 2014 akan tampil tiga capres yaitu Jokowi, Aburizal Bakri dan Prabowo masing-masing dengan cawapresnya. Analis asing ini juga masih memasukkan sebagai unsur dan faktor analisa isu Poros Tengah dan Poros Golongan Islam, yang sudah tidak up to date lagi, sehingga kurang sesuai dengan perkembangan.

Namun demikian kelihatan perhatian analis asing ini hanya pada prospek Jokowi yang dianggap sebagai capres yang menonjol dan potensial, yang akhirnya dikomentari Jokowi dan wakilnya dalam Pilpres 9 Juli 2014 ini akan menghadapi berbagai persoalan yang sulit dalam kampanyenya.


Menurut penulis, Bilveer Singh nampaknya mencoba membuat ekstrem semua faktor yang akan ditemui oleh Jokowi dalam aktivitas kampanyenya sebagai capres mulai asal-usulnya, kehidupan sehari-hari, siapa wakilnya, hubungannya dengan golongan non-Muslim, serta berkembangnya anggapan bahwa Jokowi hanya boneka-nya Megawati. Kesimpulannya Bilveer Singh secara klasik menilai Jokowi adalah capres yang belum meyakinkan keberhasilannya (shoo-in).

Analisis yang dikemukakan Bilveer Singh sebenarnya secara substansi tidak berbeda dengan beragam analisis yang sudah dikemukakan berbagai kalangan di Indonesia, namun yang terbaru dari gagasan Bilveer Singh adalah dirinya menyakini bahwa figur Jusuf Kalla sebagai bakal calon terkuat cawapres mendampingi Jokowi sangat bernilai strategis dan signifikan dalam menghadapi kubu Prabowo Subianto. Meskipun demikian tantangan yang dihadapi Jokowi seperti yang diuraikan oleh Bilveer Singh perlu mendapatkan pencermatan dan perhatian tersendiri, karena jika benar terjadi berpotensi menimbulkan gangguan terhadap sikon Polkamnas pasca Pilpres.

Menanggapi hal ini, penulis menyarankan kepada stake holder terkait di Indonesia untuk melakukan langkah pencerahan atau pengimbangan informasi terkait isu-isu sensitif kepentingan nasional yang diulas atau dibahas dalam buletin-buletin khusus yang diterbitkan pihak asing secara online/elektronik tersebut.

*) Surbakti Daryono adalah aktivis dan tinggal di Cilangkap, Jakarta Timur.
- ***
-->

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih

BERKARYA UNTUK BANGSA & NEGARA

Situs KIta CInTA (Kita Cinta Tanah Air) Indonesia kami persembahkan untuk masyarakat Indonesia yang cinta tanah air dimana pun berada. Kami menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini. Baik itu tulisan maupun foto tentang pejabat partai, daerah, negara termasuk ativitas partai, pemerintahan mulai dari Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Juga segala kegiatan yang berkaitan dengan kenegaraan. Caranya, kirim karya tulis atau foto Anda ke e-mail: aagwaa@yahoo.com.

Komentar Anda