* PRESIDENTIAL *
Sumber Asli --
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui jika tidak
mudah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen yang
telah tertuang dalam APBN 2013 seiring dengan adanya perubahan kebijakan
ekonomi Amerika Serikat yang berpengaruh pada perekonomian dunia.
Hal itu disampaikan oleh Presiden Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu, dalam penjelasannya kepada publik terkait perkembangan perekonomian dalam negeri.
“Terus terang, saat dulu menetapkan pertumbuhan 6,3 persen, pemerintah bersama DPR RI dan itu tertuang dalam APBN tahun 2013, belum ada kebijakan yang ada di Amerika Serikat yang berpengaruh kepada dunia dan sejumlah perkembangan baru di bidang perekonomian. Oleh karena itu saya katakan dengan jujur untuk capai 6,3 persen berat untuk Indonesia,” katanya.
Namun, Presiden tetap berharap agar pertumbuhan ekonomi tidak mengalami perlambatan yang tajam apalagi sampai jatuh.
“Oleh karena itu kita harus bekerja sangat keras, saya mengajak semua pihak, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, semua untuk bekerja sekuat tenaga andaikata ada penurunan ekonomi kita, penurunannya tidak sangat tajam,” katanya.
Pada kesempatan itu Presiden juga mengatakan jika 2013 adalah tahun yang tidak mudah bagi perekonomian Indonesia dan kawasan Asia. “Tahun depan pun, tahun 2014 ekonomi kita juga akan masih menghadapi tantangan-tantangan yang tidak bisa kita abaikan,” katanya.
Ia kemudian menyebut pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan dan penurunan harga saham sebagai sejumlah tantangan baru yang harus dihadapi.
Kepala Negara kemudian menjelaskan jika tantangan terhadap perekonomian domestik itu disebabkan oleh dua faktor yaitu dari luar dan dalam negeri.
Faktor pertama, kata Presiden, adalah yang sifatnya global dan regional, yaitu penetapan kebijakan moneter di Amerika Serikat yang berpengaruh kepada situasi keuangan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Faktor kedua, lanjut dia, adalah yang sifatnya internal yaitu antara lain penurunan ekspor karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia di saat impor barang tetap tinggi sehingga neraca perdagangan dan pembayaran menjadi tidak baik.
Menurut Presiden, kondisi itu memicu kekhawatiran pasar kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun secara tajam dan tidak ada solusi.
Namun Presiden menegaskan bahwa Pemerintah telah bekerja sejak setelah peringatan 17 Agustus untuk mengatasi hal tersebut. Disebutkan pula rencana untuk mengeluarkan paket kebijakan pada akhir pekan ini.
-->
Hal itu disampaikan oleh Presiden Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu, dalam penjelasannya kepada publik terkait perkembangan perekonomian dalam negeri.
“Terus terang, saat dulu menetapkan pertumbuhan 6,3 persen, pemerintah bersama DPR RI dan itu tertuang dalam APBN tahun 2013, belum ada kebijakan yang ada di Amerika Serikat yang berpengaruh kepada dunia dan sejumlah perkembangan baru di bidang perekonomian. Oleh karena itu saya katakan dengan jujur untuk capai 6,3 persen berat untuk Indonesia,” katanya.
Namun, Presiden tetap berharap agar pertumbuhan ekonomi tidak mengalami perlambatan yang tajam apalagi sampai jatuh.
“Oleh karena itu kita harus bekerja sangat keras, saya mengajak semua pihak, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, semua untuk bekerja sekuat tenaga andaikata ada penurunan ekonomi kita, penurunannya tidak sangat tajam,” katanya.
Pada kesempatan itu Presiden juga mengatakan jika 2013 adalah tahun yang tidak mudah bagi perekonomian Indonesia dan kawasan Asia. “Tahun depan pun, tahun 2014 ekonomi kita juga akan masih menghadapi tantangan-tantangan yang tidak bisa kita abaikan,” katanya.
Ia kemudian menyebut pelemahan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan dan penurunan harga saham sebagai sejumlah tantangan baru yang harus dihadapi.
Kepala Negara kemudian menjelaskan jika tantangan terhadap perekonomian domestik itu disebabkan oleh dua faktor yaitu dari luar dan dalam negeri.
Faktor pertama, kata Presiden, adalah yang sifatnya global dan regional, yaitu penetapan kebijakan moneter di Amerika Serikat yang berpengaruh kepada situasi keuangan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Faktor kedua, lanjut dia, adalah yang sifatnya internal yaitu antara lain penurunan ekspor karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia di saat impor barang tetap tinggi sehingga neraca perdagangan dan pembayaran menjadi tidak baik.
Menurut Presiden, kondisi itu memicu kekhawatiran pasar kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun secara tajam dan tidak ada solusi.
Namun Presiden menegaskan bahwa Pemerintah telah bekerja sejak setelah peringatan 17 Agustus untuk mengatasi hal tersebut. Disebutkan pula rencana untuk mengeluarkan paket kebijakan pada akhir pekan ini.
-
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih