coia

Menu

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19
Anda memiliki kepedulian pada wartawan kami yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19)? Salurkan kepedulian dan kasih Anda dengan mengirimkan donasi ke * BANK BCA NO REKENING 2291569317 * BANK BNI NO REKENING 0428294880 * BANK BRI NO REKENING 0539-01-008410-50-1 Semoga Tuhan YME membalas dengan rezeki yang bertambah.

Pencarian

Sabtu, 20 Juni 2009

Berutang adalah Praktik Neolib

* PRESIDENTIAL *
-JAKARTA — Keputusan pemerintah yang terus meminta pinjaman dana kepada pihak asing merupakan praktik yang mengarah pada neoliberalisme. Praktik tersebut akan terus terjadi sampai pemerintahan berikutnya.


"Transaksi utang luar negeri digunakan negara-negara kapitalis untuk mendesak agenda-agenda liberalisasi," ucap Yuyun dari Koalisi Anti Utang saat diskusi di Jakarta, Kamis (18/6).

Yuyun mengatakan, masalah utang di Indonesia sudah terjadi sejak awal merdeka ketika Belanda mewariskan utang kepada pemerintah saat itu. "Salah satu syarat untuk merdeka adalah mengambil alih utang-utang mereka," ucapnya.

Menurut Yuyun, tabiat berutang sudah berlangsung lama, dan saat ini pemerintah tidak ada inisiatif untuk meninggalkan model pembangunan dengan berutang. Akibatnya, saat ini 20 persen dari APBN tersedot untuk pembayaran utang luar negeri. "Pemerintah kesulitan mengalokasikan dana untuk kesejahteraan rakyat," tegasnya.

Saat ini, papar Yuyun, jumlah utang Indonesia berada di urutan keempat tertinggi di negara-negara berkembang, serta urutan teratas di Asia. "Untuk melunasi utang negara, tiap orang harus menanggung Rp 7,7 juta," ucapnya.

Selain praktik berutang, lanjutnya, agenda neolib dapat dilihat dari UU Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 yang merupakan penjajahan model baru.

Solusinya, kata Yuyun, pemerintah mendatang harus mempunyai agenda penghentian utang-utang baru. Selain itu, harus dilakukan upaya negosiasi untuk penghapusan utang serta efisiensi anggaran sehingga dapat digunakan untuk kepentingan rakyat.

"Dari tiga pasangan capres dan cawapres, tidak ada platform yang mengarah ke sana," lontarnya. (sihc/skoc) ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih

BERKARYA UNTUK BANGSA & NEGARA

Situs KIta CInTA (Kita Cinta Tanah Air) Indonesia kami persembahkan untuk masyarakat Indonesia yang cinta tanah air dimana pun berada. Kami menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini. Baik itu tulisan maupun foto tentang pejabat partai, daerah, negara termasuk ativitas partai, pemerintahan mulai dari Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Juga segala kegiatan yang berkaitan dengan kenegaraan. Caranya, kirim karya tulis atau foto Anda ke e-mail: aagwaa@yahoo.com.

Komentar Anda