-JAKARTA - Jelang akhir pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi mengeluarkan surat edaran. Bukan berisi tentang pemanggilan SBY, surat edaran ini justru meminta anggota Kabinet Indonesia Bersatu untuk
berhati-hati dalam mengambil keputusan dan kebijakan strategis. Alasannya, kebijakan strategis membawa konsekuensi untuk pemerintahan lima tahun mendatang.
"Ini berkaitan dengan nilai anggaran yang besar atau sesuatu yang fundamental wajib dikonsultasikan dulu agar tentunya tidak membuat persoalan apabila ternyata masalah itu tidak klop dengan apa yang sedang kita pikirkan untuk periode berikutnya lagi," ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (10/9).
Tidak sekadar meminta, Presiden Yudhoyono mendesak para menteri untuk memerhatikan surat edaran dengan baik. Apalagi, dari 34 anggota kabinet ada yang masih bertahan, dan ada yang akan bertugas di tempat lain. "Saya tidak tahu, dari anggota kabinet ini berapa yang masih akan bersama-sama di kabinet, berapa atau siapa-siapa yang tentu akan melanjutkan pengabdian yang lain, tetapi saya ingin siapa pun yang akan mengambil keputusan pada masa transisi jangan sampai disalahkan di kemudian hari," urainya.
Meski pada 20 Oktober 2009 tidak lagi bersama-sama di dalam pemerintah, Presiden Yudhoyono berharap silaturahim tetap berjalan. "Hubungan dan kerja sama kita akan tetap berlanjut," ungkapnya. (sihc/skoc) ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih