coia

Menu

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19
Anda memiliki kepedulian pada wartawan kami yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19)? Salurkan kepedulian dan kasih Anda dengan mengirimkan donasi ke * BANK BCA NO REKENING 2291569317 * BANK BNI NO REKENING 0428294880 * BANK BRI NO REKENING 0539-01-008410-50-1 Semoga Tuhan YME membalas dengan rezeki yang bertambah.

Pencarian

Rabu, 24 Juni 2020

Perburuan Mahluk Pengisap Darah Menuju Gua Angker Di Balik Air Terjun

KCI - TAPANULI UTARA: Penelusuran rombongan pemburu binatang liar terus bergerak untuk mendapatkan mahluk misterius pengisap darah ratusan ternak yang menggegerkan masyarakat di di Pargompulon, Desa Pohan Tonga, Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Tambah mendebarkan lagi, arah perburuan ternyata menuju sebuah gua angker di bawah air terjun di Hutan Simarunjal-unjal. Lokasinya lebih kurang dua kilometer arah selatan dari tempat kejadian pemangsaan ratusan ternak tersebut. Binatang apakah itu?


Belum diketahui jenisnya. Memang ada yang menemukan jejak berbentuk lima jari. Kemudian juga ada yang melihat mahluk itu menyerupai binatang berkaki empat namun dengan struktur aneh. Semuanya masih misterius sehingga makin membuat penasaran dan mendebarkan. Yang jelas makhluk haus darah itu telah menyebabkan kematian ratusan ternak milik Saut Simanjuntak. 

"Saat kami melakoni perburuan makhluk pengisap darah ratusan ternak tersebut, sejauh lebih kurang dua kilometer arah selatan rumah korban terdapat sebuah gua yang tersembunyi di balik curahan air terjun di hutan Simarunjal-unjal," kata Mangatur Hutasoit, pemburu binatang liar yang memburu jejak binatang misterius itu , Senin (22/6/2020). 

Keberadaan gua tersebut, konon merupakan lokasi keberadaan makhluk misterius yang pernah menyebabkan seorang warga di wilayah itu sempat dinyatakan hilang hingga akhirnya ditemukan sebagai riwayat masa lalu yang terjadi puluhan tahun silam. "Gua itu tersembunyi di balik curahan air terjun setinggi lebih dari tiga meter yang menyembul dari sisi tebing setinggi lebih dari empat puluh meter di Hutan Simarunjal-unjal," katanya.

Dia juga turut menjadi salah seorang relawan ronda sekaitan peristiwa pemangsaan ratusan ternak milik Saut, sejak 17 Juni 2020. Lokasi keberadaan gua dapat ditempuh melalui jalanan hutan dengan medan curam dan berbahaya atau melalui arus sungai yang terdapat di wilayah itu. 

"Saat menuju lokasi gua dengan menempuh jalanan hutan yang penuh ilalang dan rumput liar dengan kondisi medan curam dan terjal, kami menemukan keberadaan gua tersebut,” ucapnya.

Namun, keberadaan gua yang oleh warga setempat dinilai sebagai daerah angker dianjurkan untuk tidak didatangi oleh warga yang tidak memiliki kemampuan menjelajah alam, karena kondisi medannya cukup mengancam keselamatan jiwa. "Saat kami menuju gua yang hanya dapat ditempuh dengan menyelami permukaan air sungai, kondisi hujan yang terus mengguyur membuat permukaan air sungai kian meninggi di dasar air terjun, hingga kami urung melanjutkan perburuan menuju lokasi gua," ujarya seperti dilansir jpnn mengutip laporan antara. 

Selain cuaca yang tidak mendukung, seekor anjing pemburu milik salah seorang rombongan yang biasanya galak dan kerap menemukan mangsa binatang buruan disebut tetiba tak berdaya dan terkesan ketakutan akan kondisi wilayah tersebut. Kegiatan perburuan pun urung dilanjutkan meski di tepian kubangan air terjun, para rombongan juga menemukan jejak asing dari makhluk misterius yang tertancap di atas permukaan pasir tepian sungai. 

Hari yang kian beranjak menuju peraduan memaksa rombongan Mangatur untuk kembali ke wilayah perkampungan dengan menelusuri arus balik sungai, karena jalanan hutan yang curam, licin, dan terjal tak memungkinkan untuk kembali dilalui. "Memilih jalur pulang dengan berjalan di kedalaman air setinggi pinggang melawan arus sungai membawa kami pada temuan-temuan lainnya tentang keberadaan makhluk yang diduga sebagai pemangsa ternak milik Saut," tutur Mangatur. 

Sekitar sejauh setengah kilometer perjalanan pulang rombongan, mereka kembali menemukan banyak jejak cakaran yang cukup dalam pada sebatang pohon di bantaran sungai. Berdasarkan pengalaman perburuan binatang liar yang telah dilakoni Mangatur lebih dari 15 tahun terakhir, jejak tersebut kemungkinan milik lebih dari satu ekor beruang madu.

Itu bukan jejak cakaran harimau mengingat kondisi hutan yang tanpa keberadaan nyamuk atau serangga kecil lainnya, yang kerap berkerumun sebagai penanda keberadaan kucing besar berbelang itu. "Setelah berjalan cukup lama dengan menyusuri arus balik sungai, akhirnya kami sampai tak jauh dari rumah Saut," katanya. 

Hingga saat ini, para pemburu yang turut ikut meronda malam selama lima hari terakhir mengaku mengalami kelelahan dan memilih untuk beristirahat. ***  

 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih

BERKARYA UNTUK BANGSA & NEGARA

Situs KIta CInTA (Kita Cinta Tanah Air) Indonesia kami persembahkan untuk masyarakat Indonesia yang cinta tanah air dimana pun berada. Kami menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini. Baik itu tulisan maupun foto tentang pejabat partai, daerah, negara termasuk ativitas partai, pemerintahan mulai dari Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Juga segala kegiatan yang berkaitan dengan kenegaraan. Caranya, kirim karya tulis atau foto Anda ke e-mail: aagwaa@yahoo.com.

Komentar Anda