* PRESIDENTIAL *
Sumber Asli -- Dari sekian banyak blog yang saya suka baca salah satunya adalah radennuh.org yang sekarang berubah menjadi yudisamara.com
aka Ronin Indonesia. Kalau saya suka baca, itu tidak berarti saya
setuju 100% soal isinya. Hanya saja saya sangat suka dengan cara blog
ini mengungkap apa yang dia sebut sebagai “fakta”.
Suatu ketika saya sangat tidak setuju dengan isi blog itu yang menyajikan ‘fakta” seputar Jokowi yang katanya terlibat korupsi, nepotisme dan lain-lain. Saya tidak setuju karena itu fakta-fakta yang secara hukum tidak bisa dibuktikan. Tetapi kalau tidak setuju kok tidak bikin komentar menyanggahnya? Saya tidak bisa menyanggahnya karena pada saat yang sama saya juga tidak punya bukti untuk menyanggahnya.
Lantas, apakah sebenarnya saya pendukung Jokowi atau anti-Jokowi? Tidak keduanya. Sebagai pribadi saya mendukung siapa saja yang bisa memimpin negeri ini menuju kesejahteraan bangsa secara lahir batin. Kalau saya suka dengan Jokowi itu sebatas ketertarikan pribadi karena pernah berinteraksi satu dua kali ketika dia menjabat Wali Kota Solo dan saya masih menjadi salah satu “pejabat” sebuah media massa di Solo.
Sebagai manusia politik, terus terang saya hanya berkadar 2 kalau di-rate antara angka 1 sampai 10. Apakah saya Golput? Tidak juga. Sebab Golput selalu menyuarakan sebuah pilihan, yakni agar warga negara tidak ikut Pemilu. Lantas saya ini apa? Saya lebih tepat disebut manusia apatis politik. Apatisme politik saya bukan karena kebetulan, tetapi itu terbentuk selama saya menjadi jurnalis yang harus tidak terlibat secara emosional dengan dunia politik praktis.
Nah kembali ke masalah blog Om Ronin Samurai, saya bahkan pernah membuat komentar sumbang ketika seorang teman membikin tautan artikel “Siapa Sesungguhnya Handoko Joko Widodo (Jokowi)?” di status facebook-nya. Saya berkomentar begini: “Radennuh sudah lama terkenal sebar berita aneh-aneh Om…” Tapi ya sebatas itu. Saya jelas tidak bisa menghujat blog Om Ronin Samurai tanpa alasan.
Banyak sekali “fakta” yang diungkap Ronin Indonesia saya anggap ngawur. Celakanya, saya akan menjadi lebih ngawur jika menyangkal “fakta-fakta” itu tanpa menyajikan fakta-fakta faktual. Anehnya, dalam dunia maya yang sedemikian terbuka ini, tidak ada penyangkalan secara langsung dari pihak Jokowi. Kalau ada pembelaan, maka itu sebatas “itu kampanye hitam dari pihak lawan.” Weleh-weleh….
Lantas soal “pasukan dunia maya” pendukung Jokowi yang banyak disebut sebagai pasukan bayaran. Bisa jadi memang benar adanya, tetapi saya tahu persis ada juga teman-teman Solo yang secara sukarela membuat akun-akun twitter atau facebook untuk mendukung Jokowi. Jangankan dibayar tim Jokowi, mereka kenal juga tidak.
Tetapi apakah tidak ada pasukan dunia maya yang benar-benar dibayar untuk menggalang dukungan untuk Jokowi? Kalau saya menjawab “tidak ada” maka saya bakal ditertawakan ayam, kambing dan kawan-kawannya. Tidak Jokowi, tidak Prabowo, tidak siapapun yang punya ambisi politik akan mengabaikan perlunya penggalangan dukungan seperti itu.
Nah sekarang masuk ke pembicaraan utama. Yakni soal media mainstream yang dibayar untuk pencitraan sekaligus menggalang dukungan untuk Jokowi.
Om Ronin Samurai menuliskan artikel itu di bawah tajuk “Dibalik Citra & Popularitas Palsu Jokowi”. Dia tuliskan media-media besar yang “menurut informasi” (demikian ditulis Om Ronin) mendapat duit miliaran rupiah untuk menggalang pencitraan atas Jokowi.
Karena ini menyangkut nama media massa mainstream, anehnya lagi, tidak ada penyangkalan dari media-media yang disebutkan oleh Om Ronin. Nah, inilah salah satu “isu” (meski Om Ronin menyebutnya “fakta”) yang saya suka dari blog itu.
Selama belum ada penyangkalan, karena perusahaan-perusahaan penerbit media massa itu sebenarnya punya tim hukum dan juga bisa ngomong bahkan punya duit untuk ngomong, maka saya terima “fakta” yang disebutkan Om Ronin sebagai kebenaran. “Kebenaran sementara” begitu kira-kira, eh.. siapa tahu belakangan nanti terbukti tidak benar. (Entah kapan, enggak tahulah).
Media apa saja yang dibayar untuk pencitraan Jokowi? Berikut ini seperti ditulis di Ronin Indonesia dengan pengantar yang antara lain menyebutkan “….adanya informasi bahwa kebanyakan media mainstream terindikasi dibayar untuk pencitraan Jokowi.”
Menurut informasi yang ditulis Ronin Indonesia, media-media tersebut adalah:
Penutup:
Jadi sobat, apakah Anda menjadi lebih mudah memahami bagaimana posisi blog Si Momot ini? Semoga demikian.
-->
Suatu ketika saya sangat tidak setuju dengan isi blog itu yang menyajikan ‘fakta” seputar Jokowi yang katanya terlibat korupsi, nepotisme dan lain-lain. Saya tidak setuju karena itu fakta-fakta yang secara hukum tidak bisa dibuktikan. Tetapi kalau tidak setuju kok tidak bikin komentar menyanggahnya? Saya tidak bisa menyanggahnya karena pada saat yang sama saya juga tidak punya bukti untuk menyanggahnya.
Lantas, apakah sebenarnya saya pendukung Jokowi atau anti-Jokowi? Tidak keduanya. Sebagai pribadi saya mendukung siapa saja yang bisa memimpin negeri ini menuju kesejahteraan bangsa secara lahir batin. Kalau saya suka dengan Jokowi itu sebatas ketertarikan pribadi karena pernah berinteraksi satu dua kali ketika dia menjabat Wali Kota Solo dan saya masih menjadi salah satu “pejabat” sebuah media massa di Solo.
Sebagai manusia politik, terus terang saya hanya berkadar 2 kalau di-rate antara angka 1 sampai 10. Apakah saya Golput? Tidak juga. Sebab Golput selalu menyuarakan sebuah pilihan, yakni agar warga negara tidak ikut Pemilu. Lantas saya ini apa? Saya lebih tepat disebut manusia apatis politik. Apatisme politik saya bukan karena kebetulan, tetapi itu terbentuk selama saya menjadi jurnalis yang harus tidak terlibat secara emosional dengan dunia politik praktis.
Nah kembali ke masalah blog Om Ronin Samurai, saya bahkan pernah membuat komentar sumbang ketika seorang teman membikin tautan artikel “Siapa Sesungguhnya Handoko Joko Widodo (Jokowi)?” di status facebook-nya. Saya berkomentar begini: “Radennuh sudah lama terkenal sebar berita aneh-aneh Om…” Tapi ya sebatas itu. Saya jelas tidak bisa menghujat blog Om Ronin Samurai tanpa alasan.
Banyak sekali “fakta” yang diungkap Ronin Indonesia saya anggap ngawur. Celakanya, saya akan menjadi lebih ngawur jika menyangkal “fakta-fakta” itu tanpa menyajikan fakta-fakta faktual. Anehnya, dalam dunia maya yang sedemikian terbuka ini, tidak ada penyangkalan secara langsung dari pihak Jokowi. Kalau ada pembelaan, maka itu sebatas “itu kampanye hitam dari pihak lawan.” Weleh-weleh….
Lantas soal “pasukan dunia maya” pendukung Jokowi yang banyak disebut sebagai pasukan bayaran. Bisa jadi memang benar adanya, tetapi saya tahu persis ada juga teman-teman Solo yang secara sukarela membuat akun-akun twitter atau facebook untuk mendukung Jokowi. Jangankan dibayar tim Jokowi, mereka kenal juga tidak.
Tetapi apakah tidak ada pasukan dunia maya yang benar-benar dibayar untuk menggalang dukungan untuk Jokowi? Kalau saya menjawab “tidak ada” maka saya bakal ditertawakan ayam, kambing dan kawan-kawannya. Tidak Jokowi, tidak Prabowo, tidak siapapun yang punya ambisi politik akan mengabaikan perlunya penggalangan dukungan seperti itu.
Nah sekarang masuk ke pembicaraan utama. Yakni soal media mainstream yang dibayar untuk pencitraan sekaligus menggalang dukungan untuk Jokowi.
Om Ronin Samurai menuliskan artikel itu di bawah tajuk “Dibalik Citra & Popularitas Palsu Jokowi”. Dia tuliskan media-media besar yang “menurut informasi” (demikian ditulis Om Ronin) mendapat duit miliaran rupiah untuk menggalang pencitraan atas Jokowi.
Karena ini menyangkut nama media massa mainstream, anehnya lagi, tidak ada penyangkalan dari media-media yang disebutkan oleh Om Ronin. Nah, inilah salah satu “isu” (meski Om Ronin menyebutnya “fakta”) yang saya suka dari blog itu.
Selama belum ada penyangkalan, karena perusahaan-perusahaan penerbit media massa itu sebenarnya punya tim hukum dan juga bisa ngomong bahkan punya duit untuk ngomong, maka saya terima “fakta” yang disebutkan Om Ronin sebagai kebenaran. “Kebenaran sementara” begitu kira-kira, eh.. siapa tahu belakangan nanti terbukti tidak benar. (Entah kapan, enggak tahulah).
Media apa saja yang dibayar untuk pencitraan Jokowi? Berikut ini seperti ditulis di Ronin Indonesia dengan pengantar yang antara lain menyebutkan “….adanya informasi bahwa kebanyakan media mainstream terindikasi dibayar untuk pencitraan Jokowi.”
Menurut informasi yang ditulis Ronin Indonesia, media-media tersebut adalah:
1) First Media Grup
(beritasatu1.TV beritasatu .com, suara pembaruan, Jakarta Globe, Suara
Pembaruan, The Straits Times, Majalah Investor, Globe Asia, The Peak,
Campus Asia, Student Globe, Kemang Buzz, Campus Life, Termasuk
Beritasatu FM. First Media Grup adalah milik James Riady (Lippo Grup),
konglomerat yang bersahabat baik dengan Bill Clinton dan terlibat Lippo
Gate yang terjadi di AS, ketika James Riady cs tertangkap memberikan
dana politik illegal jutaan dollar kepada timses capres Demokrat Bill
Clinton untuk pemenangan Clinton pada pemilihan Presiden AS. Uang
sumbangan James Riady cs itu kemudian terbukti berasal dari China Global
Resources Ltd, sebuah perusahaan kedok milik China Military
Intelligence (CMI).
2) Media lain yang
dikontrak mahal untuk pencitraan palsu Jokowi adalah Detik Grup.
Ngakunya milik Chairul Tanjung alias CT, tapi sebenarnya milik Salim
Grup. Detik.com setiap hari, detikcom memuat berita tentang pencitraan
palsu Jokowi puluhan bahkan kadang lebih 100 berita. Chairul Tanjung
hanya dipinjam nama dan bertindak untuk dan atas kepentingan Antony
Salim (Salim Grup).
3) Kompas /Gramedia
Grup memang tidak segila detikcom siarkan Jokowi, tapi tetap punya KANAL
BERITA KHUSUS untuk mempromosikan Jokowi dan Ahok. Diprediksi menjelang
masa pilpres 2014, Kompas dan Gramedia Grup akan habis-habisan
mendukung Jokowi-Ahok karena sejalan dengan misi medianya, pelemahan
Islam di Indonesia.
4) Jawa Pos Grup. Tidak
melibatkan semua media milik Dahlan Iskan yang jumlahnya 185 TV, Koran,
Online media, dll itu. Sekitar 40% JawaPos Grup dikontrak. Namun,
dipastikan jika Dahlan Iskan mau sebagai capres, Jawa Pos Grup tidak
akan terlalu mendukung Jokowi kecuali mendapat permintaan khusus dari
Chairul Tandjung, tokoh yang merekomendasikan Dahlan Iskan ke Presiden
SBY untuk ditunjuk sebagai Menteri BUMN tahun 2011 lalu.
5) Yang paling gencar
jilat Jokowi adalah Koran Rakyat Merdeka. Ada saja berita (palsu)
istimewa tentang Jokowi. Kontraknya puluhan Milyar.
6) Tempo (majalah dan
Online) adalah media pelopor yang orbitkan Jokowi dengan penghargaan “10
Tokoh Terbaik (penghargaan abal-abal), hanya karena bisa pindahkan
Pedagang Kaki Lima (PKL), itu pun dilakukan setelah hampir setahun bolak
balik mengunjungi dan mengundang PKL makan bersama. Fakta terakhir, PKL
Solo kembali ke lokasi awal sebelum pindah karena di tempat baru
dagangan mereka tidak laku.
7) Tribunnews Grup
(Bosowa dan Kompas) juga dikontrak untuk pencitraan palsu Jokowi.
Demikian juga Fajar Grup (Alwi Hamu/Dahlan Iskan). Alwi Hamu juga
merupakan patner bisnis Dahlan Iskan di media dan PLTU Embalut, Kaltim
yang sarat korupsi itu.
8) Metro TV, tidak tahu
sekarang dibayar berapa untuk kontrak pencitraan palsu Jokowi sampai
2014. Tapi saat Pilkada DKI puluhan Milyar. Sejak dapat bisnis iklan
dari Konglomerat – konglomerat pendukung Jokowi, Metro TV jadi corong
nomor satu Jokowi, disamping jadi corong kampanye dan pencitraan Dahlan
Iskan yang memberikan kontrak iklan luar biasa besar dari BUMN – BUMN
kepada Metro TV.
9) SCTV grup.
Pemiliknya Edi dan Popo Sariatmadja malah menjadi cukong utama.
Koordinator media pencitraan Jokowi, membantu James Riady. Dukungan
promosi dan kampanye yang diberikan untuk Jokowi gratis alias tanpa
bayaran, meski diduga sebenarnya sudah mendapatkan imbalan dari dana
pemenangan Jokowi yang telah terkumpul puluhan triliun dari sumbangan
para konglomerat hitam Indonesia.
10) Media raksasa lain
seperti Vivanews grup (TV One, ANTV, Vivanewscom dll) milik Bakrie meski
kontrak dgn Cukong Jokowi tapi porsinya kurang dari 30%, dan masih
melihat perkembangan situasi dan kondisi politik nasional mengingat
Aburizal Bakrie masih berstatus Ketum Golkar dan kandidat capres.
11) Selain media cetak,
televisi mainstream, sosial media seperti twitter, facebook, kaskus dll
juga dikontrak khusus. Lihat saja di sini. Bahkan di twitter juga mulai
ada akun relawan yang berusaha menjelaskan dengan kata-kata manis
mengenai tingkah-polahnya yang anomali pada tiap akun yang berkomentar
negatif. Rumornya ia memiliki buzzer sebanyak 1500-2000an yang mengelola
lebih dari 10.000 akun sosial media. Buzzer adalah semacam pasukan
bayaran online, yang siap menjaga reputasinya di internet dengan cara
menyusup di berbagai forum dan kolom komentar untuk mendongkrak
citranya. Para buzzer bayaran ini akan berkomentar positif tentangnya
dan menyerang habis-habisan mereka yang tidak melihatnya sebagai “dewa”.
Dulu waktu pilkada DKI, selain orang-orang yang permanen kelola akun
untuk pencitraan Jokowi, dibentuk juga Tim Jasmev. Puluhan Milyar
biayanya.
Nah itulah daftar media bayaran untuk pencitraan Jokowi ala Ronin Indonesia.
Siapa yang mengatakan bahwa “fakta” itu salah, silakan saja
disampaikan secara terbuka dan tidak sembunyi-sembunyi. Kalau ini
dikatakan sebagai kampanye hitam, tunjukkanlah mana yang putih.Penutup:
Jadi sobat, apakah Anda menjadi lebih mudah memahami bagaimana posisi blog Si Momot ini? Semoga demikian.
-
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih