coia

Menu

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19

Peduli Wartawan Terdampak Covid-19
Anda memiliki kepedulian pada wartawan kami yang terdampak pandemi virus corona (Covid-19)? Salurkan kepedulian dan kasih Anda dengan mengirimkan donasi ke * BANK BCA NO REKENING 2291569317 * BANK BNI NO REKENING 0428294880 * BANK BRI NO REKENING 0539-01-008410-50-1 Semoga Tuhan YME membalas dengan rezeki yang bertambah.

Pencarian

Selasa, 16 Juni 2020

Komunitas #savejanda Temukan Dalam Waktu 0.49 detik Ada 31.800.000 Pencarian Kata Janda


* KCI * Sumber Asli --JAKARTA: Komunitas #savejanda berjuang untuk menghapus stigma negatif terhadap kata janda. Tidak semua janda berprilaku genit dan menggoda.

Praktisi Humas yang juga pendiri komunitas #SaveJanda, Myrna Soeryo sangat prihatin jika ada orang, apalagi publik figur menuliskan kalimat yang justru semakin menguatkan stigma negatif janda. Padahal kata janda hanya sebuah status yang bisa menimpa siapa saja seperti halnya duda.

Menurut Myrna Soeryo, seiring dengan suburnya budaya misogini serta sistem sosial patriarki, maka kata janda cenderung lebih banyak ditempelkan dengan kata-kata yang menimbulkan stigma negatif dibandingkan dengan kata duda.
"Berdasarkan data dari mesin pencarian Google, dalam waktu hanya 0.49 detik, ada 31.800.000 pencarian terhadap kata janda. Suatu angka pencarian yang fantastis sehingga membuat banyak artikel di media daring menggunakan kata janda sebagai judul artikel," kata Myrna.

"Judul-judul artikel yang bombastis menggunakan kata janda seperti cium janda 1 menit, janda muda tewas, janda satu anak menangis di KUA, mantan suami kepicut janda muda dan lain-lain, makin mengukuhkan stigma negatif
terhadap kata janda," terang Myrna.

Tak hanya itu, lanjut Myrna, di dunia pemasaran banyak kata janda dipakai hanya untuk mendatangkan banyak pelanggan dan mengundang rasa ingin tahu orang pada produk atau jasa tertentu saja. Seperti beberapa usaha kuliner yang menulis kata janda sebagai merek usahanya. Juga pernah ada perusahaan properti yangmencantumkan kata janda di brosur pemasarannya yang sebenarnya hanya merupakan sebuah akronim dari hadiah-hadiah yang akan diberikan si pengembang bila ada pembeli properti baru.

"Ironis memang. Kata janda telah diperjual belikan sedemikian rupa hanya untuk kepentingan pihak-pihak tertentu tanpa mengindahkan bagaimana pembentukan opini negatif terhadap kata janda. Dan ini terus berlangsung," kata Myrna.

Lebih jauh Myrna mengatakan, kata janda genit, janda gatal, janda perebut laki orang, hanyalah sebagian kata-kata yang kerap kita dengar mengenai status janda. Padahal menurut Laporan Tahunan Mahkamah Agung (MA) 2019, terdapat 485.223 janda cerai baru. Hal ini berarti ada 485.223 janda yang bisa mendapat stigma negatif atas status baru mereka sebagai seorang janda.

Sementara menurut Firliana Purwanti, seorang politisi pemerhati isu pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, bahwa para korban perempuan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), 70 persen memilih untuk kembali ke pernikahan toksik mereka. Mereka memilih untuk kembali berada di lingkaran setan tersebut dengan alasan ekonomi, anak, termasuk karena takut diberikan label status baru: janda.

Dikatakan Firliana banyak janda yang akhirnya memilih untuk disebut dengan julukan orang tua tunggal atau menyembunyikan status barunya, karena takut dipandang oleh masyarakat luas secara negatif. "Sebenarnya sangatlah salah   pandangan yang menganggap bahwa janda cerai kurang terhormat daripada janda yang ditinggal meninggal oleh suaminya. Justru para janda cerai harus memberikan apresiasi kepada diri mereka sendiri karena berhasil dan berani keluar dari pernikahan toksik atau pernikahan yang kurang menyenangkan," kata Firliana.

Di sisi lain banyak janda yang sebenarnya sukses meniti karir atau membangun kerajaan bisnis mereka. Ada Jamie Chua di Singapura yang sukses menjadi persona di media sosial sekaligus berbisnis kecantikan. Ada juga MacKenzie Bezos yang merupakan salah satu pemegang saham Amazon dan merupakan seorang penulis buku dan banyak lagi kisah sukses lainnya dari seorang janda.

Sayangnya kisah sukses para janda ini sepertinya kurang menarik bila dijual ke media dengan menggunakan judul tulisan yang positif seperti janda sukses atau memang tidak akan menarik jumlah pembaca yang besar. Karenanya kata janda masih lekat dengan stigma negatif.

Lalu, sampai kapan kita akan melekatkan kata janda dengan kata-kata lain yang berkonotasi negatif?

"Mengutip kalimat filsuf Plato, jangan pernah mematahkan semangat kepada
siapapun yang terus membuat kemajuan, tidak peduli seberapa lambat, maka sudah tugas kita sebagai sesama manusia untuk tidak turut serta dalam mematahkan semangat para janda yang melanjutkan hidup dengan turut memberikan cap negatif kepada mereka," kata Myrna.

"Hidup sebagai seorang janda tidaklah mudah. Mereka harus mampu tetap menjadi seorang ibu (bila memiliki anak) sekaligus kebanyakan janda juga menjadi tulang punggung keluarga. Mereka harus berjuang untuk dapat menghidupi anak-anak atau keluarga mereka secara layak sambil tetap memberikan pengasuhan yang benar," tutur Myrna.

Menurut Myrna membebani mereka dengan cap atau cara pandang yang negatif, tentu akan membuat beban moral mereka akan semakin berat dalam menjalani hidup. Hal ini juga tentunya, kelak akan mempengaruhi psikis dari anak-anak para janda tersebut."Jadi, sudah siapkah kita melepas stigma negatif terhadap kata janda?" ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih

BERKARYA UNTUK BANGSA & NEGARA

Situs KIta CInTA (Kita Cinta Tanah Air) Indonesia kami persembahkan untuk masyarakat Indonesia yang cinta tanah air dimana pun berada. Kami menantikan karya Anda untuk mengisi konten di situs ini. Baik itu tulisan maupun foto tentang pejabat partai, daerah, negara termasuk ativitas partai, pemerintahan mulai dari Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Juga segala kegiatan yang berkaitan dengan kenegaraan. Caranya, kirim karya tulis atau foto Anda ke e-mail: aagwaa@yahoo.com.

Komentar Anda