-JAKARTA - Kunci meroketnya popularitas Prabowo calon presiden (capres) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) adalah iklannya yang lugas dan jelas. Sementara iklan Soetrisno Bachir (SB) dinilai sebaliknya. Hal ini dikatakan pakar komunikasi politik Universitas Indonesia (UI) Effendy Gazali dalam jumpa pers di Kantor Lembaga Survei Indonesia (LSI), Jalan Terusan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (16/10/2008).
"Iklan Prabowo itu tahapannya sudah branding. Maksudnya pun jelas. Prabowo mmperjuangkan petani dan nelayan lewat iklan-iklannya," ujar Effendi.
Sedangkan iklan SB dinilai sebaliknya, tidak jelas. "Iklannya apakah akan mengajak kita makan ketela atau mengajak kita jadi juara Fisika," kata dia.
Sementara mengomentari hasil survei LSI di mana politisi Golkar Ferry Mursyidan Baldan yang tersuruk pada tingkat paling bawah, 0,1 persen, Effendi mengimbau agar Ferry bekerja lebih keras agar dikenal publik.
"Ini kan survei nasional, saya kira kalau Pak Ferry Mursyidan Baldan bekerja keras di daerah pemilihannya bisa dikenal masyarakat," kata dia.
Sedangkan menurut peneliti LSI Dodi Ambardi, ada fenomena silent revolution di mana media massa menjadi faktor yang dominan untuk memperkenalkan tokoh-tokoh politik ke masyarakat.
"Kalau kayak sekarang partai partai itu harus memanfaatkan media. Namun kecenderungan silent revolution, hanya yang bisa memanfaatkan media saja yang bisa dikenal," kata Dodi.
Sedangkan yang tidak bisa memanfaatkan media, imbuh Dodi, jangankan dipilih dikenal saja tidak.
"Melalui iklan-iklan yang gencar, Partai Gerindra bisa mendapat suara 3,2 persen dari hasil survei. Sedangkan Hanura 1,2 persen. Ini hasil cukup luar biasa untuk sebuah parpol yang baru didirikan," ujar Dodi.
Menurut Dodi, media televisi lebih efektif dibandingkan media radio dan media cetak.(sihc/sdtc) ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tuangkan ide, saran, masukan, kritik Anda di sini untuk membangun Indonesia yang jaya dan sejahtera. Bebas dan demokratis. Tapi jangan spam dong... Terimakasih